Pages

Rabu, 20 Maret 2013

4 tipe kepribadian dalam dunia psikologis


     Dalam dunia psikologi, dikenal yang namanya 4 tipe kepribadian:
1. Koleris, 
2. Melankolis,
3. Plegmatis,
4. Sanguinis.
 
KOLERIS pada umumnya mempunyai:
KEKUATAN:
* Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif
* Sangat memerlukan perubahan dan harus mengoreksi kesalahan
* Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran/ target
* Bebas dan mandiri
* Berani menghadapi tantangan dan masalah
* "Hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini".
* Mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat
* Mendelegasikan pekerjaan dan orientasi berfokus pada produktivitas
* Membuat dan menentukan tujuan
* Terdorong oleh tantangan dan tantangan
* Tidak begitu perlu teman
* Mau memimpin dan mengorganisasi
* Biasanya benar dan punya visi ke depan
* Unggul dalam keadaan darurat

KELEMAHAN:
* Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis)
* Senang memerintah
* Terlalu bergairah dan tidak/susah untuk santai
* Menyukai kontroversi dan pertengkaran
* Terlalu kaku dan kuat/ keras
* Tidak menyukai air mata dan emosi tidak simpatik
* Tidak suka yang sepele dan bertele-tele / terlalu rinci
* Sering membuat keputusan tergesa-gesa
* Memanipulasi dan menuntut orang lain, cenderung memperalat orang lain
* Menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan
* Workaholics (kerja adalah "tuhan"-nya)
* Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf
* Mungkin selalu benar tetapi tidak populer

MELANKOLIS:
KEKUATAN:
* Analitis, mendalam, dan penuh pikiran
* Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal
* Artistik, musikal dan kreatif (filsafat & puitis)
* Sensitif
* Mau mengorbankan diri dan idealis
* Standar tinggi dan perfeksionis
* Senang perincian/memerinci, tekun, serba tertib dan teratur (rapi)
* Hemat
* Melihat masalah dan mencari solusi pemecahan kreatif (sering terlalu kreatif)
* Kalau sudah mulai, dituntaskan.
* Berteman dengan hati-hati.
* Puas di belakang layar, menghindari perhatian.
* Mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi
* Sangat memperhatikan orang lain

KELEMAHAN:
* Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan)
* Mengingat yang negatif & pendendam
* Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah
* Lebih menekankan pada cara daripada tercapainya tujuan
* Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah
* Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan (if..if..if..)
* Standar yang terlalu tinggi sehingga sulit disenangkan
* Hidup berdasarkan definisi
* Sulit bersosialisasi
* Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik/ yg menentang dirinya
* Sulit mengungkapkan perasaan (cenderung menahan kasih sayang)
* Rasa curiga yg besar (skeptis terhadap pujian)
* Memerlukan persetujuan

PLEGMATIS:
KEKUATAN:
* Mudah bergaul, santai, tenang dan teguh
* Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik
* Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana
* Simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi)
* Kuat di bidang administrasi, dan cenderung ingin segalanya terorganisasi
* Penengah masalah yg baik
* Cenderung berusaha menemukan cara termudah
* Baik di bawah tekanan
* Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan
* Rasa humor yg tajam
* Senang melihat dan mengawasi
* Berbelaskasihan dan peduli
* Mudah diajak rukun dan damai

KELEMAHAN:
* Kurang antusias, terutama terhadap perubahan/ kegiatan baru
* Takut dan khawatir
* Menghindari konflik dan tanggung jawab
* Keras kepala, sulit kompromi (karena merasa benar)
* Terlalu pemalu dan pendiam
* Humor kering dan mengejek (Sarkatis)
* Kurang berorientasi pada tujuan
* Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri
* Lebih suka sebagai penonton daripada terlibat
* Tidak senang didesak-desak
* Menunda-nunda / menggantungkan masalah.

SANGUINIS:
KEKUATAN:
* Suka bicara
* Secara fisik memegang pendengar, emosional dan demonstratif
* Antusias dan ekspresif
* Ceria dan penuh rasa ingin tahu
* Hidup di masa sekarang
* Mudah berubah (banyak kegiatan / keinginan)
* Berhati tulus dan kekanak-kanakan
* Senang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan bicara)
* Umumnya hebat di permukaan
* Mudah berteman dan menyukai orang lain
* Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian
* Menyenangkan dan dicemburui orang lain
* Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam)
* Mengambil inisiatif/ menghindar dari hal-hal atau keadaan yang membosankan
* Menyukai hal-hal yang spontan

KELEMAHAN:
* Suara dan tertawa yang keras (terlalu keras)
* Membesar-besarkan suatu hal / kejadian
* Susah untuk diam
* Mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan atau orang lain (suka nge-Gank)
* Sering minta persetujuan, termasuk hal-hal yang sepele
* RKP! (Rentang Konsentrasi Pendek)
* Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja antusias)
* Mudah berubah-ubah
* Susah datang tepat waktu jam kantor
* Prioritas kegiatan kacau
* Mendominasi percakapan, suka menyela dan susah mendengarkan dengan tuntas
* Sering mengambil permasalahan orang lain, menjadi seolah-olah masalahnya
* Egoistis
* Sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg sama
* Konsentrasi ke "How to spend money" daripada "How to earn/save money".

Kamis, 14 Maret 2013

Analisa SWOT dalam mutu pelayanan kebidanan

ANALISA SWOT

     Analisa SWOT digunakan untuk mengetahui kelemahan dan ancaman. Apakah akar kelemahannya dan bagaimana mengatasinya? Apa sebab timbul ancaman tersebut dan bagaimana cara mengatasi atau mengurangi tekanannya? Selanjutnya, bagaimana cara memanfaatkan kekuatan yang ada semaksimal mungkin, juga memnafaatkan peluang-peluang yang ada, sehingga peningkatan mutu dapat terus terlaksana? Hasil-hasil analisis tersebut, terutama cara-cara mengatasi kelemahan dan ancaman, dijadikan dasar perencanaan mutu strategis.
       Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan mengerjakannya.
Beishline (1957) menungkapkan bahwa:
“Perencanaan menentukan apa yang harus dicapai (menentukan waktu secara kualitatif), dan bila hal itu harus dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggung jawab, mengapa hal itu harus dicapai.”

Pengertian dan tujuan
SWOT adalah singkatan dari bahasa inggris
S          : STRENGTHS (Kekuatan)
W        : WEAKNESSES (Kelemahan)
O         : OPPORTUNITIES (Peluang)
T          : THREATS (Ancaman)        
           
         Analisa SWOT berguna untuk menganalisa faktor-faktor di dalam organisasi yang memberikan andil terhadap kualitas mutu pelayanan atau salah satu komponennya sambil mempertimbangkan faktor-faktor eksternal.
Analisis SWOT dapat dibagi dalam lima langkah:
1.      Menyiapkan sesi SWOT.
2.      Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.
3.      Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman.
4.      Melakukan ranking terhadap kekuatan dan kelemahan.
5.      Menganalisis kekuatan dan kelemahan.

Manfaat Analisa SWOT
Ø  Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi.
Ø  Sebagai tolak ukur.
Ø  Sebagai penuntun arah dalam melaksanakan mutu dalam suatu pelayanan.
Ø  Mengetahui kualitas dan kuantitas diri seseorang.
Ø  Meningkatkan mutu pelayanan.
Ø  Mengetahui solusi cara-cara mengatasi kelemahan dan ancaman.

Langkah-langkah penerapan:
Langkah 1:
        *  SWOT kemungkinan akan menghabiskan waktu 50-60 menit.
        *  Peserta dibagi dalam kelompok dengan maksimum 6 orang per kelompok.
     *  Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan dianalisa.
        *  Setiap kelompok membuat sebuah matriks SWOT.
      *  Siapkan kartu dan kertas pencatat, tugas pencatat adalah mengisi matriks SWOT. 

Langkah 2:
* * Dengan menggunakan curah pendapat, tulis pada kartu semua kekuatan di dalam organisasi (internal). Kekuatan bisa berupa, tenaga trampil, gaji, sarana. Setelah kartu di isi tempelkan pada kertasa flipchart.
  * Setelah selesai menyusun kekuatan internal, dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan kelemahan didalam organisasi (internal) pada kartu lalu di tempelkan pada flipchart.

Langkah 3:
* Dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan semua kesempatan diluar organisasi (kesempatan eksternal) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pekayanan atau atasi sebuah masalah. Ini bisa berupa latihan, tenaga baru, peraturan baru dan seterusnya.
* Dengan menggunakan curah pendapat, buatlah daftar ancaman di luar organisasi (ancaman eksternal) yang dapat menghalangi pemecahan masalah. 

Langkah 4:
* Daftarkan dalam kolom masing-masing: kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang.
* Buatlah ranking setiap kolom. Yang perlu dipikirkan adalah pentingnya kesempatan / ancaman dan berapa besar kemungkinan kesempatan / ancaman tersebut memang akan ada. 

Langkah 5:
*  Masukkan kekuatan dan kelemahan pada matriks SWOT. 
* Kekuatan diisi sesuai ranking yang telah dikerjakan, kekuatan yang paling besar di atas, yang kurang besar di bawah.
*  Setelah kekuatan diisi, disusul dengan kelemahan.
*  Masukkan kesempatan dan ancaman di dalam kolom.
*  Hubungkan  kekuatan dan kelemahan dengan kesempatan dan ancaman.
* Kombinasi dimana kekuatan bertemu dengan kesempatan adalah keadaan yang paling positif. Keadaan ini harus di pelihara dengan baik supaya tetap ada.
*  Kombinasi kelemahan dan ancaman adalah keadaan yang paling negative dan harus dihindari.
* Setiap kombinasi diperiksa ulang kalau memang merupakan jalan keluar untuk mengurangi kelemahan atau ancaman.

Catatan:
Analisis SWOT bukanlah akhir dari sebuah proses. Untuk memanfaatkan sepenuhnya saat ini, anda perlu menentukan rencana tindak lanjut. Alat ini cenderung berdasarkan pada “pendapat” dan indikator-indikator kualitatif dan belum tentu pada “kenyataan”.

Selasa, 12 Maret 2013

Kapan anak mulai belajar bahasa?



Anak Belajar Bahasa Seketika saat Mendengar, bukannya Bertahap

      Penelitian terbaru oleh sebuah tim psikolog Universitas Pennsylvania memantu menjungkirkan teori dominan mengenai bagaimana anak belajar kata-kata pertamanya, menunjukkan kalau itu terjadi lebih sering seketika ketimbang bertahap lewat paparan berulang-ulang.
Penelitian ini dilakukan oleh pascadoktoral Tamara Nicol Medina, professor John Trueswell, dan profesor  Lila Gleitman, semuanya dari jurusan psikologi di sekolah seni dan sains Penn dan lembaga penelitian ilmu kognitif Universitas tersebut, bersama dengan Jesse Snedeker, seorang professor dari Harvard University.
Penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences minggu lalu.
    Teori lama mengatakan kalau anak belajar kata-kata pertamanya lewat sederetan asosiasi; mereka mengasosiasikan kata-kata yang mereka dengar lewat referensi ganda yang mungkin dalam lingkungan sekitarnya. Seiring waktu, anak dapat melacak kedua kata dan elemen lingkungan yang berkaitan dengannya untuk pada akhirnya menyempitkan apa elemen kata yang sama rujukannya.
“Hal ini terdengar masuk akal sekali hingga anda melihat kenyataannya,” kata Gleitman. “Ternyata hal tersebut mungkin mustahil.”
“Teori ini dipandang sebagai pendekatan sederhana yang memaksa,” kata Medina. “Saya bahkan melihatnya dirujuk pada buku-buku pengajaran anak untuk menjelaskan bagaimana anak mempelajari kata-kata pertama mereka.”
    Eksperimen yang mendukung teori belajar kata asosiatif ini umumnya melibatkan sederetan gambar atau benda, ditunjukkan berpasangan atau dalam kelompok kecil dalam latar belakang netral. Dunia nyata sebaliknya, memiliki tak terhingga kemungkinan referensi yang dapat berubah tipe atau penampakannya dari saat ke saat dan bahkan mungkin tidak ada saat kata tersebut diucapkan.

    Sekelompok kecil ahli psikologi dan bahasa termasuk anggota tim Penn, telah lama berpendapat kalau sejumlah  besar perbandingan statistik dibutuhkan untuk mempelajari kata-kata seperti ini dan jelas diluar kemampuan ingatan manusia. Bahkan model komputasi yang dirancang untuk menghitung statistik demikian harus mengimplementasikan semacam jalan pintas dan tidak menjamin belajar secara optimal.
“Ini tidak berarti kita buruk dalam memahami informasi statistik dalam relung lain, hanya saja kita melakukan pelacakan semacam ini dalam stuasi dimana ada jumlah elemen yang terbatas yang dapat kita asosasikan satu sama lain,” kata Trustwell. “Saat kita harus memetakan kata-kata yang kita dengar pada jalan yang pada dasarnya tak terbatas dalam persepsi kita pada dunia, pelacakan statistik besar-besaran ini tidak berguna. Distribusi kemungkinannya terlalu besar.”
     Untuk menunjukkan hal ini, tim Penn melakukan tiga eksperimen berhubungan, semua melibatkan segmen video singkat orang tua berinteraksi dengan anak mereka. Subjek, baik dewasa dan anak prasekolah, menonton video-video ini dengan suara dimatikan kecuali ketika sang orang tua mengatakan kata-kata tertentu yang harus ditebak subjek; kata target diganti dengan kedipan di eksperimen pertama dan kata peletak nonsens pada kedua dan ketiga.
     Eksperimen pertama dirancang untuk menentukan seberapa informatif gambaran tersebut dalam menghubungkan kata target dengan maknanya. Bila lebih dari separuh subjek dapat menebak benar kata target, ia diberi label Sangat Informatif, atau HI. Bila kurang dari sepertiga dapat, ia diberi label Rendah Informasi, atau LI. LI sangat banak dibandingkan HI, dari 288 kata, 7 persennya HI dan 90 persennya LI, menunjukkan kalau untuk kata yang sangat sering sekalipun, menentukan makna semata dari konteks visualnya cukup sulit.
    Eksperimen kedua melibatkan menunjukkan subjek sederetan video dengan kata target ganda, semua diletakkan secara konsisten dengan peletak nonsens. Para peneliti dengan hati-hati mengatur campuran contoh HI dan LI untuk menjelajahi konsekuensi perjumpaan saat belajar informatif awal atau lanjut.
“Dalam studi-studi sebelumnya jenis ini, para peneliti menggunakan perangsang buatan dengan sejumlah kecil pilihan makna untuk tiap kata; mereka juga melihat pada hasil akhir eksperimen: apakah anda akhirnya tahu kata tersebut atau tidak,” kata Trueswell. “Apa yang kami lakukan disini adalah melihat arah belajar kata sepanjang eksperimen, menggunakan konteks alami yang pada dasarnya mengandung sejumlah tak terhingga pilihan makna.”
Dengan meminta subjek menebak kata target setelah tiap tayangan, penelitian ini dapat merasakan apakah pemahaman mereka bersifat kumulatif ataukah terjadi dalam saat-saat “eureka.”
Bukti sangat menunjukkan yang kedua. Paparan berulang pada kata target tidak membawa pada ketelitian yang lebih baik seiring waktu, menunjukkan kalau hipotesis asosiasi sebelumnya tidak berlaku.
     Lebih jauh, hanya saat subjek melihat tayangan HI pertama ketelitian tebakan akhir meningkat; tayangan HI awal memberikan kemungkinan terbaik pada subjek untuk mempelajari kata yang benar, dan sebagian besar menebak benar saat ditunjukkan. Bukti pembenar membantu mengunci pada makna benar bagi subjek-subjek ini yang memulai pada jalur yang tepat.
“Ini seperti anda tahu ketika ada bukti yang bagus, anda dapat membuat sesuatu seperti tebakan yang dipertimbangkan dengan hati-hati,” kata Gleitman.
    Walau begitu, ketika subjek melihat potongan LI lebih dahulu, mereka cenderung salah menebak dan, walaupun diperbolehkan memperbaiki tebakan ini selama eksperimen, mereka akhirnya tidak mampu juga tiba pada makna yang benar. Hal ini menunjukkan kalau subjek ini tidak memiliki ingatan makna alternatif yang mungkin termasuk yang benar dari potongan awal yang dapat mereka ingat.
    Eksperimen ketiga menunjukkan kalau ketidakmampuan mengetahui makna yang salah dalam pikiran dibutuhkan agar akusisi kata yang mungkin dapat terjadi. Setelah penundaan beberapa hari, subjek melihat potongan kata target yang sama yang salah mereka tebak sebelumnya namun tidak menunjukkan peroleh asumsi salah mereka lagi.
“Semua ingatan tersebut lenyap,” kata Gleitman. “Dan itu bagus! Kegagalan ingatanlah yang menyelamatkan anda dari tetap salah selama sisa hidup anda.”
    Penelitian selanjutnya oleh anggota tim Penn akan menyelidiki apa yang membuat interaksi pasti lebih atau kurang informatif ketika berhubungan dengan makna kata, dan juga urutan dimana orang mengolah informasi visual dalam lingkungannya. Kedua penelitian ini dapat membantu menulis ulang buku paket dan panduan mendidik anak, menyarankan kalau interaksi kaya dengan anak – dan kesabaran – lebih penting daripada buku dan drilling gambar abstrak.
Penelitian ini didukung oleh National Institutes of Health.
Sumber berita:

Seberapa pentingnya mutu dalam pelayanan kebidanan masa kini?


Seberapa pentingnya mutu dalam pelayanan kebidanan masa kini?
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, banyak syarat yang harus dipenuhi, syarat yang dimaksud mencakup delapan hal pokok yaitu:
1.       Tersedia (available),
2.       Wajar (appropriate),
3.       Berkesinambungan (continue),
4.       Dapat diterima (acceptable),
5.       Dapat dicapai (accesible),
6.       Dapat dijangkau (affordable),
7.       Efisien (efficient),
8.       Bermutu (quality).

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan terlebih dalam hal pelayanan kebidanan yang bermutu sesuai dengan delapan syarat yang telah ada tersebut banyak upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan yang dapat dilakukan, jika upaya tersebut dilaksanakan secara terarah dan terencana dikenal dengan nama program menjaga mutu (Quality Assurance Program).

Karena pentingnya suatu mutu pelayanan kesehatan terlebih dalam pelayanan kebidanan, dan dengan semakin majunya ilmu dan teknologi kesehatan serta semakin baiknya tingkat pendidikan serta keadaan sosial ekonomi pada masyarakat, tampak syarat mutu pelayanan makin bertambah penting. Mudah dipahami karena apabila pelayanan kebidanan yang bermutu dapat diselenggarakan dengan baik, bukan saja akan dapat memperkecil timbulnya berbagai resiko, sekaligus juga akan dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang semakin hari tampak semakin meningkat. Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah terlebih dahulu dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta ciri dan kepatuhan para penyelenggara pelayanan terhadap standar yang telah ditetapkan.

Apabila program menjaga mutu pelayanan kebidanan dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang akan diperoleh. Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah:
a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kebidanan.
b. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kebidanan.
c. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kebidanan.
d. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kebidanan dari kemungkinan munculnya gugatan hukum.

Dengan adanya manfaat-manfaat dari program menjaga mutu pelayanan kesehatan, diharapkan banyak berbagai pihak dari pemberi pelayanan kesehatan yang berfokus pada kebidanan (bidan) yang termotivasi untuk tetap memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dengan tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi kebidanan yang telah ditetapkan secara optimal, agar dapat  menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.

Pengertian Mutu


A.    PENGERTIAN MUTU
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa, yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna. Mutu merujuk pada tingkat kesempurnaan dalam memberikan kepuasan pada pengguna layanan.
Mutu pelayanan kebidanan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kebidanan, yang disatu  pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi kebidanan yang telah ditetapkan.

B.    PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
Untuk melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan dapat menggunakan indikator. Indikator adalah tolak ukur yang menunjukkan tercapai tidaknya suatu standar pelayanan kesehatan, dan dapat diukur dengan menggunakan suatu daftar tilik. Daftar tilik adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh pelayanan sesuai atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Ada cara penilaian mutu pelayanan kebidanan :
1.      Berdasarkan konsep siklus PDCA
Ø P = Plan
Yaitu merencanakan perubahan atau pengujian (bernilai terbaik). Merencanakan perbaikan dan pengumpulan data secara berkesinambungan:
o   Apa yang diperbaiki?
o    Siapa yang terlibat?
o   Kapan dilaksanakan?
o   Dimana dilaksanakan?
o   Bagaimana caranya?
o   Ke arah mana goalnya?

Ø  D = Do
Yaitu melaksanakan perubahan atau pengujian (sesuai standar terkini). Melaksanakan perubahan berdasarkan rencana yang ditetapkan :
o   Siapa yang melaksanakan perubahan?
o   Kapan dilaksanakan perubahan?
o   Sarana apa saja yang dibutuhkan?
o   Bagaimana mekanisme pelaksanaan?
o   Lokasi mana sebagai uji coba?

Ø  C = Check
Yaitu mengamati pengaruh perubahan (berdasarkan penelitian). Mengamati pengaruh perubahan :
o   Apa pelaksanaan telah sesuai rencana?
o   Apakah proses perubahan perlu perbaikan ditinjau dari klien?
o   Faktor apa yang mendukung?
o   Faktor apa yang menghambat?
o   Perubahan dari sisi mutu pelayanan?

Ø  A = Action
Yaitu bertindak berdasarkan apa yang dipelajari. Bertindak berdasarkan hasil evaluasi dan lanjutan perbaikan proses :
o   Melihat hasil dari Check
o   Menetapkan mekanisme perubahan
o   Menentukan protap terkini
o   Menentukan sasaran perubahan
o   Advokasi perubahan
o   Penilaian berkelanjutan 

  1. Lihat daftar tilik
  2. Lihat sasaran penilaian
  3. Observasi : dengan mengamati pada saat pelayanan atau uji kompetensi dengan model atau phantom.
  4. Wawancara : dengan diskusi, tanya jawab, cek pemahaman,dan sebagainya.
  5. Dokumen  : melihat rekam medik, register, buku catatan..