Pages

Kamis, 17 Oktober 2013

ASUHAN KEBIDANAN PEMENUHAN KDM “AKTIVITAS” DENGAN DIAGNOSA CVA INFARK



ASUHAN KEBIDANAN
PADA PASIEN Ny. “M” DENGAN PEMENUHAN KDM
“AKTIVITAS” DENGAN DIAGNOSA CVA INFARK
DI PAVILIUN FLAMBOYAN RSUD JOMBANG





OLEH
AINUN NAZHIROH
7212001


PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL’ULUM
JOMBANG
2013



BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
AKTIVITAS


A.      DEFINISI
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mekanika tubuh.
Mekanika tubuh (body mechanic) adalah usaha koordinasi diri muskuluskeletal dan sistem saraf tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.

B.       JENIS AKTIVITAS
1.      Aktivitas penuh
Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2.      Aktivitas sebagian
Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.

C.      JENIS-JENIS MEKANIKA TUBUH
1.      Body alignment
Postur yang baik karena menggunakan otot dan rangka tersebut secara benar.
2.      Keseimbangan
Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan sentralnya.
3.      Koordinasi gerakan tubuh
Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan.

D.      FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS
1.      Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas seseorang
2.      Proses penyakit atau cidera
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas karena dapat mempengaruhi sistem tubuh.
3.      Kebudayaan
Kemampuan melakukan aktivitas juga dapat dipengaruhi kebudayaan.
4.      Tingkat energi
Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas.
5.      Usia dan status perkembangan
Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

E.       AMBULASI DAN MOBILITAS
Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk melakukan latihan jalan atau berpindah tempat.
Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.

F.       TINDAKAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN AMBULASI DAN MOBILITAS
1.      Latihan ambulasi
·         Duduk di atas tempat tidur
·         Turun dan berdiri
·         Membantu berjalan
2.      Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien

G.      DAMPAK FISIK DAN PSIKOLOGI MOBILITAS
1.      Sistem muskuluskeletal
·         Tanpa adanya aktivitas yang memberi beban pada tulang-tulang akan mengalami demineralasi. Proses ini akan menyebabkan tulang kehilangan kekuatan dan kepadatannya sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah.
·         Atrofi otot-otot yang tidak dipergunakan dalam waktu lama akan kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.
·         Kontraktur, serabut otot tidak mampu memendek dan memanjang.
·         Kekuatan dan nyeri sendi, jaringan kolagen pada sendi dapat mengalami demineralasi yang akan menyebabkan akumulasi kalsium pada sendi yang mengakibatkan kekakuan dan nyeri sendi.

H.      PENGATURAN POSISI
1.      Fowler
Posisi setengah duduk atau duduk dengan kepala lebih tinggi untuk memberi kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan.
2.      Sims
Posisi miring ke kanan atau ke kiri untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat supossitoria melalui anus.
3.      Trendelenburg
Posisi berbaring dengan kepala lebih rendah dari kaki untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
4.      Dorsal recumbent
Posisi berbaring dengan kedua lutut ditarik untuk merawat dan memeriksa genetalia serta persalinan.
5.      Litotomi
Posisi berbaring dan mengangkat kedua kaki dan menarik ke atas perut untuk memeriksa genetalia dan memasang alat kontrasepsi.
6.      Genu pectoral
Posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada bagian alas tempat tidur.

I.          PERGERAKAN DASAR DALAM MOBILITAS
1.      Gerakan
Keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan mudah stabil di bandingkan orang yang berjalan.
2.      Menahan
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalau berubah. Sebagai contoh posisi orang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan tentunya berbeda juga dengan posisi membungkuk.
3.      Menarik
Menarik dengan benar akan memudahkan dalam memindahkan benda. Hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda: ketinggian, letak benda, posisi kaki, dan tubuh.
4.      Mengangkat
Mengangkat merupakan cara pergerakan dengan menggunakan daya tarik ke atas.
5.      Memutar
Merupakan pergerakan untuk berputarnya anggota tubuh dengan bertumpu pada tulang belakang.

J.        FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGERAKAN
1.      Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuluskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi.
2.      Nutrisi
Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit.
3.      Emosi
Kondisi psikologi mempengaruhi perubahan dalam perilaku individu sehingga menjadi penyebab menurunnya kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
4.      Situasi dan kebiasaan
Kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya sering mengangkat benda berat.
5.      Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas sehingga dapat mengganggu koordinasi antara sistem muskuluskeletal.

6.      Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk menggunakannya secara besar.

K.      KATEGORI TINGKAT KEMAMPUAN MOBILITAS
·          Skala ADL (Activity Daily Living)
0 : Mampu merawat diri sendiri
1 : Memerlukan penggunaan alat
2 : Memerlukan bantuan orang lain
3 : Memerlukan bantuan orang lain dan alat
4 : Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan partisipasi dalam perawatan

·          Nilai kekuatan otot motorik
1 : Terlihat kontraksi tapi tidak ada gerakan sendi
2 : Ada gerakan sendi tapi tidak mampu menahan
3 : Mampu melawan gravitasi tapi tidak mampu menahan
4 : Mampu bergerak melawan tahanan pemeriksa, kekuatan kurang
5 : Dapat menahan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
0 : Tidak dapat kontraksi

·          Kekuatan motorik
Keterangan:
L.ka   /  L.ki                              L          : Lengan
T.ka  /   T.ki                              T          : Tungkai
                                                Ka       : Kanan
                                                Ki        : Kiri




BAB II
LANDASAN TEORI
CVA INFARK

A.      DEFINISI
CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak. Gejala-gejala berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain hingga menyebabkan kematian (Muttaqin, 2008:234)
CVA infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi karena trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak di suplai oleh dua arteria karotis interna dan arteri vertrebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne, 2002:2131)

B.       ETIOLOGI
Ada beberapa penyebab CVA infark (Muttaqin, 2008:235)
1.                     Thrombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis serebri ini disebabkan karena adanya:
·                                                               Aterosklerostis     : Mengerasnya / berkurangnya kelenturan dan elastisitas dinding pembuluh darah.
·                                                               Hiperkoagulasi     : Darah yang bertambah kental yang akan menyebabkan viskositas / hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran serebral.
·                                                               Atreritis    :  Radang pada arteri


2.         Emboli
Terjadinya karena ada penyumbatan pada pembluh darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli :
·          Penyakit jantung reumatik
·          Infark miokardium
·         Fibrilasi dan keadaan aritmia : Dapat membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri
·         Endokarditis : Menyebabkan gangguan pada endokardium

C.      FAKTOR RESIKO TERJADINYA CVA
1.      Hipertensi.
2.      Kardiovaskuler-embolisme serebri berasal dari jantung : penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas irama (Khususnya fibrilasi atrium) penyakit jantung kongestif.
3.      Kolestrol tinggi
4.      Obesitas
5.      Peningkatan hematokrit
6.      Diabetes mellitus
7.      Merokok

D.      KLASIFIKASI CVA
Berdasarkan patologi serangannya (Brasherz, 2008:274)
1.      Oklusi aterotrombotik pada arteri ekstra cranial (terutama pada bitur kasio atau intrakranial).
2.      Kardioemboli akibat fibrilasi atrial, infark miokard terbaru aneurisma ventrikel, gagal jantung kongestif / penyakit vaskkular.
3.      Lakunar akibat infark cerebral dalam pada arteri lentikulostrista.
4.      Hemodinamik akibat penurunan perfusi cerebral global.



E.       TANDA DAN GEJALA
Menurut Hudak dan Gallo dalam buku keperawatan kritis (1996: 258-260) :
1.      Lobus frontal
a.       Deficit kognitif       : Kehilangan memori, rentang perhatian singkat, peningkatan distraktibilitas (mudah buyar), penilaian buruk, tidak mampu menghitung, memberi alasan atau berpikir abstrak.
b.      Deficit motorik       : Hemiparese, hemipeglia, distria (kerusakan otot-otot bicara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan)
c.       Deficit aktivitas mental dan psikologi antara lain : Labilitas emosional, kehilangan control diri dan psikologi sosial, penurunan toleransi terrhadap stress, ketakutan, permusuhan frustasi, marah, kekacauan mental dan keputus asaan, menarik diri, isolasi, depresi.
2.      Lobus parietal
a.       Dominan :
·         Deficit sensori antara lain deficit social (jarak visual terpotong sebagian besar pada hemisfer serebri) hilangnya respon terhadap sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas, dan dingin), hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian tubuh).
·         Deficit bahasa atau komunikasi
ü Afasia ekspresif   : Kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara yang dapat di pahami.
ü Afasia reseptif     : Kerusakan kelengkapan kata yang di ucapkan.
ü Afasia global       : Tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat.
ü Aleksia                : Ketidak mampuan untuk mengerti kata yang di tuliskan.
ü Agrafasia             : Ketidak mampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan.



b.      Non dominan
Deficit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi diri / lingkungan) antara lain:
·         Gangguan skem / maksud tubuh    : Amnesia / menyangkal terhadap ekstremitas yang mengalami paralise
·         Apraksia     : Kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-obyek dengan tepat
·         Agnosia      : Ketidak mampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indra.
·         Kelainan dalam menemukan obyek dalam ruangan.
·         Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial objek atau tempat.
·         Disorientasi kanan-kiri.
3.         Lobus occipital         : Deficit lapang penglihatan penurunan ketajaman penglihatan, diplobia (penglihatan ganda) buta.
4.         Lobus tempural        : Deficit pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh.

F.       PEMERIKSAAN PENUNJANG
  Pemeriksaan penunjang pada pasien CVA infark :
1.      Laboratori
2.      Pemeriksaan sinar x thoraks
3.      Ultrasonografi (USG) karaois
4.      Angiografi serebrum
5.      Pemindaian dengan Positron Emission Tomography (PET)
6.      Ekokardiogram Transesofagus (TEE)
7.      CT scan
8.      MRI



BAB III
PENGKAJIAN


A.      DEFINISI
     Pengkajian merupakan langkah awal untuk mendapatkan dengan mengumpulkan semua data – data yang di butuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien melalui anamnesa. Pemeriksaan penunjang dan data – data tersebut di klasifikasikan sebagai data subjektif, data objektif dan data penunjang.

B.       PEMBAGIAN PENGKAJIAN
     Pengkajian fase pertama proses keperawatan di bagi menjadi 2 :
1.      Pengumpulan data
2.      Pengorganisasian data

C.      PENGUMPULAN DATA
     Pengumpulan data adalah alat utama dalam pengkajian awal / pasien dan merupakan proses untuk memperoleh informasi yang di perlukan untuk memberikan asuhan kebidanan. Informasi berubah – ubah karena data bertambah dan karena perubahan kondisi. Informasi tentang masalah – masalah aktual atau potensial dapat datang secara langsung dari pasien, anggota keluarganya atau teman rekan medik atau dari tenaga kesehatan yang lainnya.
     Macam – macam pengumpulan data :
I.       Data subjektif
           Suatu data yang ada dalam format pengkajian awal pasien dan melakukan wawancara pada pasien dan apabila pasien tidak sadar , tidak dapat melakukan wawancara dengan pasien langsung, dapat di lakukan wawancara dengan keluarga pasien langsung.
1.      Keluhan utama
     Keluhan yang di rasakan pasien saat ini yang menyebabkan pasien masuk rumah sakit.


2.      Riwayat kesehatan sekarang
     Mengetahui apakah pasien menderita penyakit yang di deritanya pada masa lalu, dan apakah pasien mengidap penyakit baru.
3.      Riwayat kesehatan masa lalu
     Mengetahui apakah pasien pernah menderita penyakit yang di deritanya pada masa lalu, dan apakah pasien pernah mengidap penyakit menahun, menular dan penyakit turunan.
4.      Riwayat kesehatan keluarga
     Mengetahui apakah keluarga pasien pernah menderita penyakit menahun, turunan atau menular.
5.      Pola aktivitas sehari-hari
a.       Aktivitas
Bagaimana aktivitas yang di lakukan oleh pasien.
b.      Pola eliminasi
Yang di tanyakan apakah pasien merasakan sakit saat BAB / BAK, ada keluhan atau tidak, lancar atau tidak dan berapa kali dalam sehari
c.       Pola nutrisi
Bagaimana nafsu makan dan minumnya, berapakali makan dan minumnya  dalam sehari dan jumlah makanan atau minuman.
d.      Pola istirahat
Bagaimana istirahatnya, tidurnya nyenyak atau tidak.
e.       Pola hygine
Bagaimana menjaga kebersihan  tubuhnya seperti berapa kali mandi dalam sehari.
6.        Data psikologis
a.    Sosial
Bagaimana keadaan sosial pasien terhadap keluarganya, teman tetangga atau masyarakat.
b.    Psikologi
Bagaimana keadaan psikis pasien saat ini, apakah ada rasa cemas dengan keadaannya. 
c.       Spiritual
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini, apakah pasien masih bisa melaksanakan kegiatan spiritualnya. Apakah pasien hanya  bisa berdo’a dan pasien pasrah terhadap Allah.

II.    Data objektif
           Data yang di dapat dengan cara memeriksa secara langsung dengan pasien. Data ini bertujuan untuk  mengetahui keadaan pasien  sekarang setelah pasien merasakan keluhannya.
a.       Pemeriksaan umum, meliputi :
1.      Kesadaran umum       : bagaimana keadaan umumnya
2.      Kesadaran                  : kesadaran : compos metis atau tidak
3.      TTV   
b.      Pemeriksaan fisik
1.      Inspeksi
a.      Kepala     : bagaimana kebersihan rambut, warna, ada benjolan atau tidak
b.      Mata         : simetris atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
c.       Hidung     : simetris atau tidak ,adanya secret atau tidak.
d.      Telinga      : bersih atau tidak, ada kelainan atau tidak.
e.       Mulut        : simetris atau tidak
f.       Bibir         : ada stomatitis atau tidak
g.      Dada         : simetris atau tidak, ada luka atau tidak.
h.      Abdomen : ada luka atau tidak, lunak atau mengeras
i.        Genetalia  : ada luka jahitan atau tidak
j.        Ekstremitas : ada luka atau tidak, jumlah jari normal atau tidak.
2.      Palpasi
a.       Kepala      : ada nyeri tekan atau tidak, ada benjolan atau tidak
b.      Mata         : ada nyeri tekan atau tidak
c.       Hidung     : ada benjolan atau tidak
d.      Telinga      : ada benjolan atau tidak
e.      Leher    : ada pembesaran kelenjar thyroid, limfe dan vena jugularis ada atau tidak.
f.       Abdomen : ada nyeri tekan atau tidak
g.      Ekstremitas : ada pembengkakan, benjolan atau tidak. Atas / bawah.
3.      Auskultasi
a.       Dada         : terdapat wheizing dan ronchi atau tidak.
b.      Abdomen : peristaltik usus normal atau tidak.
4.      Perkusi
a.       Dada dan paru      : ada suara dug (sonor) atau tidak.
b.      Abdomen             : ada suara thympani atau tidak.
c.       Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan yang di peroleh dari laboratorium.
d.      Terapi
Obat yang di berikan dokter untuk mengatasi keluhan pasien.



ASUHAN KEBIDANAN
PADA PASIEN Ny. “M” DENGAN PEMENUHAN KDM
“AKTIVITAS” DENGAN DIAGNOSA CVA INFARK
DI PAVILIUN FLAMBOYAN RSUD JOMBANG

No. Register              : 17.87.09
Ruangan                    : Pav. Flamboyan
Tgl MRS                   : 28 Mei 2013
Jam MRS                  : 15.35 WIB
Tgl Pengkajian          : 03 Juni 2013
Jam Pengkajian         : 10.50 WIB

A.      DATA SUBYEKTIF
1.      Identitas pasien
Nama                 : Ny. “M”
Umur                  : 65 tahun
Alamat               : Denanyar – Selatan - Jombang
Agama               : Islam
Suku/bangsa       : Jawa/Indonesia
Pendidikan         : Ibu rumah tangga

2.      Identitas penanggung jawab
Nama                 : Ny. “K”
Umur                  : 43 tahun
Agama               : Islam
Alamat               : Denanyar – Selatan - Jombang
Pekerjaan           : Wiraswasta

3.      Riwayat kesehatan pasien
a.       Keluhan utama
Keluarga pasien mengatakan, badan pasien terasa lemah dan kesadaran menurun.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan, pasien jatuh di kamar mandi ± jam 03.30 WIB pada hari selasa 28 Mei 2013 dan sebagian anggota tubuh bagian kanan tidak bisa di gerakkan.
c.       Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sebelumnya pernah masuk rumah sakit Moedjito Jombang dengan sakit darah tinggi (Hipertensi) dengan TD: 230/130 mmHg.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan, bahwa dari pihak keluarga ada yang menderita penyakit menurun (hipertensi), dan tidak mempunyai penyakit menular (TBC, HIV, AIDS) serta tidak ada yang mempunyai penyakit menahun (TBC dan jantung).
e.       Riwayat psikologis
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien cemas dengan penyakitnya saat ini.
f.       Riwayat sosial
Hubungan pasien dengan keluarga baik, hubungan pasien dengan masyarakat lain juga baik.
g.      Riwayat spiritual
Keluarga pasien mengatakan, pasien tidak pernah sholat selama sakit, tetapi selalu berdo’a untuk kesembuhannya.

4.      Pola kebiasaan sehari-hari
a.       Pola nutrisi
·            Sebelum MRS
-       Makan       : 3x sehari
-       Menu        : Nasi, sayur, dan lauk
-       Minum      : 6-8 gelas air putih/hari
·            Saat MRS
Pasien hanya meminum susu yang diberikan oleh rumah sakit melalui sonde yang terpasang, pemberian diberikan 3x sehari.

b.      Pola eliminasi
·         Sebelum MRS
-          BAB   : 1x sehari
-          BAK  : 3-4x sehari
·         Saat MRS
Pasien BAK melalui kateter, dan belum BAB selama di rawat di rumah sakit.
c.       Pola istirahat
·         Sebelum MRS
§  Tidur siang ± 2 jam (13.00 – 15.00)
§  Tidur malam ± 7 jam (21.00 – 04.00)
·         Saat MRS
Pasien lebih sering tidur, tetapi sering terbangun.
d.      Pola personal hygiene
·         Sebelum MRS
§  Mandi                   : 2x sehari
§  Keramas               : 2x seminggu
§  Sikat gigi              : 2x sehari
§  Ganti pakaian       : 2x sehari
·         Saat MRS
§  Mandi       : 1x sehari di seka pada pagi hari
§  Keramas   : Belum pernah keramas
§  Sikat gigi  : Oral hygiene 1x sehari dengan betadine kumur
§  Ganti pakaian: 1x sehari pada pagi hari

B.       DATA OBYEKTIF
a.     Keadaan umum   : Anggota gerak kanan atas dan bawah lemah, nyeri kepala (+), muntah (-), bicara pelo (+)
b.      TTV                       : -     TD           : 170/100 mmHg
-          Nadi        : 90x/menit
-          Suhu        : 37,3°c
-          RR           : 20x/menit
-          ADL        : 4
-          Motorik   :           2     /     4
1          /         4

c.       Pemeriksaan fisik
1.      Kepala
Inspeksi     : simetris, kulit kepala bersih, rambut sedikit beruban
Palpasi       : tidak ada oedem, tidak ada nyeri tekan
2.      Wajah
Inspeksi     : wajah simetris, tidak ada bekas luka
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan
3.      Mata
Inspeksi    : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, reflek cahaya positif, pupil isokor
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan
4.      Telinga
Inspeksi     : simetris, hygiene telinga baik, tidak ada serumen
Palpasi       : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
5.      Hidung
Inspeksi     : simetris, normal, terpasang sonde
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan
6.      Mulut
Inspeksi     : simetris, bibir kering, tidak ada kelainan
Palpasi       : tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
7.      Leher
Inspeksi     : tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada pembengkakan thyroid dan pembengkakan limfe
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan thyroid dan limfe
8.      Dada
Inspeksi       : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi         : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi  : bunyi nafas bersih, tidak ada suara tambahan (ronchi: tidak ada, wezing: tidak ada), suara jantung normal (lup dup)

9.      Abdomen
Inspeksi     : tidak ada pembesaran, simetris
Palpasi       : abdomen lunak, tidak ada nyeri tekan
Perkusi      : tidak ada kembung
Auskultasi            : bising usus normal
10.  Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi  : simetris, tidak ada oedeme, terpasang infuse di tangan sebelah kiri, anggota gerak kanan atas dan bawah lemah
Palpasi    : tidak ada oedeme, tidak ada nyeri tekan, anggota gerak kanan atas dan bawah lemah
11.  Integument
Inspeksi      : kulit lembab, turgor normal, warna kemerahan, tidak ada luka atau bekas luka

C.  DATA PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium
Kimia Klinik
Hasil
Nilai Normal
Cl
Bahan kurang
96 – 107 meq/L
Natrium
Bahan kurang
136-144 meq/L
Kalium
Bahan kurang
3,80-5,50 meq/L
Glukosa darah puasa
109
70-110 mg/dl
Glukosa darah 2J PP
Tab
< 126 mg/dl
Kolestrol total
224
<200 mg/dl
HDL kolestrol
43
L > 35 ; P > 45 mg/dl
LDL kolestrol
163
< 150 mg/dl
Trigliserida
92
< 200 mg/dl
Kreatinin serum
0,92
L <1,5 ; P < 1,2 mg/dl
Urea
32,4
10-50 mg/dl
Asam urat
5,22
3,6- 7,0 mg/dl

Urinalis
Hasil
Nilai Normal
Ph
6,5
5,5-7
Bilirubin
Negatif
Negatif
Urobilin
Normal
Normal
Sedimen
-
-
Leokosit
1-2
-
Eritrosit
0-1
-
Silinder
-
-
Epitel
0-1
1-2/lp
Kristal
-
-
Lain-lain
-
-
Protein
Negatif
Negatif

D.      TERAPI
·         Infus RL                     : 2 kalf/24 jam
·         Injeksi Brainact           : 2x1 amp/hari
·         Injeksi Novalgin          : 2x1 gr/hari
·         Injeksi Neurotam        : 3x1 amp/hari
·         Injeksi ranitidine         : 3x1200 mg/hari
·         Captopril                     : 3x25 mg/hari

E.       INTERPRETASI DATA
Dx       : Pasien Ny “M” dengan diagnose CVA infark dengan kebutuhan dasar aktivitas.
Ds       : Keluarga pasien mengatakan, pasien badannya lemah, merasa pusing di kepala, bicara pelo, dan terhambat melakukan aktivitas.
Do       :  -   Keadaan umum    : lemah, pusing, bicaara pelo
-          GCS                   : 4,x,6
-          TD                      : 170/100 mmHg
-          N            adi                   : 90x/ menit
-          Suhu                   : 37,3ºC
-          RR                      : 20x/menit
-          ADL                   : 4
-          Otot motorik      :           2          4
1          4
Masalah : Gangguan mobilitas fisik dan gangguan perfusi jaringan


F.       IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Diagnosa CVA infark dengan gangguan aktivitas dan mobilitas , masalahnya dengan mengatasi gangguan aktivitas dan mobilitas.
Masalah potensial : Pasien cemas dengan keadaannya yang menyebabkan kesulitan mengatasi gangguan aktivitasnya.

G.      IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI
Konsultasi , kolaborasi dengan dokter.

H.      MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
o   Lakukan pendekatan dengan pasien dan keluarganya
R/ mendapatkan kepercayaan dari keluarga
o   Berikan bantuan sesuai dengan apa yanga di butuhkan pasien
R/ mempercepat pemulihan
o   Membantu menenuhi kebutuhan aktivitas atau mobilitas ,
R/ memenuhin kebutuhan aktivitas tubuh mempercepat pemulihan.

I.         TINDAKAN KEPERAWATAN
o   Melakukan pendekatan pada pasien
o   Memberikan bantuan sesuai dengan yang di butuhkan pasien
o   Membantu memenuhi kebutuhan aktivitas atau mobilitas pasien

J.        EVALUASI
S     : Keluarga pasien mengatakan, pasien lemah dan lemas serta pusing nyeri kepala, bicara pelo, kesadarannya menurun
O   : -   Keadaan umum   : lemah, pusing, bicara pelo
-       GCS                   : 4,x,6
-       TD                      : 170/100 mmHg
-       N            adi                   : 90x/ menit
-       Suhu                   : 37,3ºC
-       RR                      : 20x/menit
-       ADL                   : 4
-       Otot motorik      :           2    /    4
                                          1    /     4

A            : Masalah teratasi sebagian
P                         : - Infus RL                 : 2 kalf/24 jam
  - Injeksi Brainact       : 2x1 amp/hari
  - Injeksi Novalgin     : 2x1 gr/hari
  - Injeksi Neurotam    : 3x1 amp/hari
  - Injeksi ranitidine     : 3x1200 mg/hari
  - Captopril                 : 3x25 mg/hari




DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry, 2005, fundamental keperawatan, Jakarta: EGC
Hidayatul, Aziz Alimul, dkk, 2009, Buku Saku Praktikum KDM, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Creasoft.wordpress.com/2008/04/28/cva.stroke-infark/
Askepmedia.blogspot.com