Pages

Kamis, 17 Oktober 2013

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN DIAGNOSA HIPERTERMIA ( GANGGUAN TERMOREGULASI )


ASUHAN KEBIDANAN
PADA PASIEN Nn. “W” DENGAN DIAGNOSA HIPERTERMIA
( GANGGUAN TERMOREGULASI )
DI PAVILIUN MAWAR RSUD JOMBANG





OLEH
AINUN NAZHIROH
7212001


PRODI DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL’ULUM
JOMBANG
2013


BAB I
TANDA-TANDA VITAL

A.    DEFINISI
Termoregulasi adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan suhu dalam batas-batas sehat tertentu, bahkan ketika suhu eksternal sangat berbeda.
Definisi lain termoregulasi adalah termo: panas, regulasi: pengaturan. Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.

B.     TUJUAN
Tujuan dari termoregulasi yaitu untuk mengetahui rentang suhu tubuh pada manusia.

C.     TEMPAT PENGUKURAN SUHU
1.      Inti: Suhu jaringan dalam relative konstan
·         Rectum
·         Membrane timpatik
·         Esophagus
·         Arteri pulmoner
·         Kandung kemih
2.      Permukaan
·         Kulit
·         Aksila
·         Oral
Pengukuran suhu tubuh ditujukan untuk memperoleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata representatif. Suhu normal rata-rata bervariasi tergantung lokasi pengukuran. Arteri paru menunjukkan nilai yang paling representatif karena darah bercampur dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu pada arteri paru merupakan standar di bandingkan dengan semua tempat yang dikatakan akurat.

D.    REGULASI
Keseimbangan suhu tubuh di regulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan neurologis dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.
1.         Kontrol neural dan vascular
Hipotalamus berfungsi sebagai pengontrol suhu dalam tubuh. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Bila sel saraf  di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point, impuls akan dikirim untuk menurukan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi panas. Dan jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point, mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstremitas. Bila vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai menggigil. Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis, yang membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu.
2.         Produksi panas
Termoregulasi membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas. Panas tambahan akan diproduksi bila metabolisme meningkat. Ketika metabolisme menurun, panas yang diproduksi lebih sedikit. Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot polos, getaran otot dan termogenesis tanpa menggigil. Menggigil merupakan respon tubuh involunter terhadap suhu yang berbeda dalam tubuh. Gerakan otot skelet selama menggigil dapat meningkatkan produksi panas 4 sampai 5 kali lebih besar dari normal. Panas di produksi untuk mempertahankan.
3.                     Pengeluaran panas
Struktur kulit dan paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
a.       Radiasi adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Biasanya panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingin di sekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek meningkat.
b.      Konduksi adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung. Konduksi normalnya menyebabkan sedikit kehilangan panas. Tubuh menambah panas dengan konduksi ketika kontak dilakukan dengan material yang lebih hangat dari suhu kulit.
c.       Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat. Kehilangan panas konvektif meningkat ketika kulit lembab dengan udara yang bergerak ringan.
d.      Evaporasi adalah perpindahan panas ketika cairan berubah menjadi gas. Tubuh secara continue kehilangan panas melalui evaporasi, kira-kira 600 sampai 900 ml sehari menguap dari kulit dan paru-paru, yang menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta hidung dan faring kering.
4.         Kulit pada regulasi suhu
Kulit, jaringan subkutan, dan lemak menyimpan panas di dalam tubuh. Kulit itu sendiri adalah insulator paling baik. Pada tubuh manusia, organ internal menghasilkan panas dan selama latihan atau peningkatan stimulasi simpatis, jumlah panas yang dihasilkan lebih tinggi dari suhu inti normal. Panas berpindah dari darah melalui dinding pembuluh ke permukaan kulit dan hilang ke lingkungan melalui mekanisme kehilangan panas. Suhu inti tetap dalam batas aman. Fungsi kulit utama untuk mendeteksi suhu permukaan dingin. Karena reseptor dingin lebih banyak. Bila kulit kedinginan sensornya mengirim informasi ke hipotalamus, yang menimbulkan menggigil untuk meningkatkan produksi panas tubuh dan menghambat berkeringat.
5.         Kontrol perilaku
Kemampuan individu untuk mengontrol suhu tubuh bergantung pada:
·         Derajat ekstrem suhu
·         Kemampuan individu untuk merasakan kenyamanan dan ketidaknyamanan
·         Proses pikir atau emosi
·         Mobilitas atau kemampuan individu untuk melepaskan atau menambahkan pakaian
Kemampuan suhu tubuh sulit bila salah satu dari kemampuan ini tidak ada atau hilang. Ketika suhu menjadi sangat panas atau dingin, perilaku peningkatan kesehatan mempunyai keterbatasan efek pada pengendalian suhu.

E.     FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH
Ø  Usia
Perbedaan suhu secara individu tergantung usia, antara 0,25°c sampai 0,55°c adalah normal (Whalley and wong, 1955). Rentang suhu normal turun secara berangsur-angsur sampai seseorang mendekati masa lansia.
Ø  Olah Raga
Segala jenis olah raga dapat meningkatkan suhu tubuh. Olah raga yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningkatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41°c.
Ø  Kadar Hormon
Secara umum wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita selama menopause (penghentian menstruasi).
Ø  Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5°c sampai 1°c selama periode 24 jam. Suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia (Lenz, 1984)
Ø  Stress
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persyarafan. Perubahan fisiologi tersebut dapat meningkatkan panas.
Ø  Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu tubuh mereka kurang efisien.

F.      PERUBAHAN SUHU
Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan.pengeluaran panas yang berlebihan, produksi panas minimal.
1.         Demam
Hiperpireksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk memepertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang  mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu 39°c. Demam sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan yang penting, peningkatan ringan suhu sampai 39°c meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga berfungsi sebagai tujuan diagnostik.
Ø  Pola demam
·                                                            Terus menerus            : Tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 1° sampai 2°c
·                                                            Intermiten      : Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu kembali normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.
·                                                            Remiten         : Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
·        Relaps               : Periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode demam dan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
Ø  Stadium demam
·        Stage of chill
Fase rasa dingin disertai menggigil
-          Heat loss menurun
-          Heat production meningkat

·        Stage of fastigium
-            Highest point dimana tingkat krisis dari penyakit
-            Heat loss meningkat
-            Heat production menurun
2.         Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah yang umum selama kelelahan akibat panas.
3.         Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. Sedangkan hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
4.         Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi yang mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas, kondisi ini disebut heat stroke tidak berkerigat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heat stroke dengan suhu lebih besar dari 40,5°c mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45°c, takikardi dan hipotensi.
5.         Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia.
Klasifikasi hipotermia:
·        Ringan             : 33°c - 36°c
·        Sedang             : 30° - 33°c
·        Berat                : 27° - 30°c
·        Sangat berat     : < 30° c
            Radang beku (frostbite) terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Daerah yang  rentan terhadap radang dingin adalah lobus telinga, ujung hidung, jari, dan jari kaki. Daerah yang cidera berwarna putih berlilin, dan keras jika disentuh.

Tabel perbedaan derajat suhu normal dari berbagai kelompok usia (Tamsuri Anas, 2007)
No
USIA
SUHU (oC)
1.
3 bulan
37,5
2.
6 bulan
37,5
3.
1 tahun
37,7
4.
3 tahun
37,2
5.
5 tahun
37,0
6.
7 tahun
36,8
7.
9 tahun
36,7
8.
11 tahun
36,7
9.
13 tahun
36,6
10.
Dewasa
36,4
11.
> 70 tahun
36,0

Menurut Tamsuri Anas (2007), suhu tubuh di bagi menjadi :
1.        Hipotermi             : Bila suhu tubuh < 36oC
2.        Normal                 : Bila suhu tubuh 36oC-37,5oC
3.        Febris/Pireksia      : Bila suhu tubuh 37,5oC-40oC
4.        Hipertermi                        : Bila suhu tubuh > 40oC

G.    MEKANISME TUBUH KETIKA SUHU TUBUH MENURUN
1.      Vasokontriksi kulit diseluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
2.      Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
3.      Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

H.    MEKANISME TUBUH KETIKA SUHU TUBUH MENINGKAT
1.      Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
2.      Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37oC. Pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1oC akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar.
3.      Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.

I.       SISTEM PENGATURAN SUHU TUBUH
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan.

Adapun suhu tubuh dihasilkan dari:
1.    Laju metabolisme basal (Basal Metabolisme Rate, BMR) di semua sel tubuh.
2.    Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat menggigil).
3.    Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosterone).
4.    Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprin, norepineprin, dan rangsangan simpatis pada sel.
5.    Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.

Suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, thoraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37oC). Sedangkan suhu permukaan (serface temperature) terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20oC sampai 40oC.




BAB II
LANDASAN TEORI
GANGGUAN TERMOREGULASI
(HIPERTERMIA)

A.    DEFINISI
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).

B.     PATOFISIOLOGI
Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan suhu tubuh normal dalam mengatasi lingkungan yang panas. Orang tua biasanya mengalami sengatan panas yang tidak terkait aktifitas karena gangguan kehilangan panas dan kegagalan mekanisme homestatik. Seperti pada hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap panas berhubungan dengan penyakit dan perubahan fisiologis.

C.     FUNGSI KELENJAR KERINGAT
Gangguan sistem termoregulasi dengan berkurang atau tidaknya keringat merupakan penyebab terpenting sengatan panas pada lingkungan panas. Respon berkeringat terhadap stimulus panas dan neurokimia berkurang pada usia lanjut dibanding pada usia dewasa muda. Pada kondisi stress panas, manusia mengaktifkan kelenjar ekrin (di bawah kontrol kolinergik simpatis) dan kemampuan kelenjar itu mengeluarkan keringat untuk mengatur suhu tubuh.

D.    ALIRAN DARAH KULIT
Respon aliran darah kulit terhadap pemanasan lokal langsung pada kulit berkurang pada usia lanjut. Berkurangnya perfusi kulit pada usia lanjut berkaitan dengang berkurangnya unit fungsional pleksus kapiler. Pada usia tua, terjadi transformasi kulit, dimana kulit menjadi lebih datar akibat berkurangnya pembuluh darah mikrosirkuler di papilaris kulit dan pleksus vascular supervisial.


E.     KLINIS
Sengatan panas memiliki ciri khas dimana suhu tubuh ini lebih dari 40,6o c disertai disfungsi sistem saraf pusat yang berat (psikosis, delirium, koma) dan anhidrosis (kulit yang panas dan kering).
Manifestasi dini disebut kelelahan panas (heat 12 exhaustion), tidak khas dan terdiri dari rasa pusing, kelemahan, sensasi panas, anoreksia, mual, muntah sakit kepala dan sesak nafas mencakup gagal jantung kongestif dan aritmia jantung, edema serebral dan kejang serta defisit neurologis difus dan fokal, nekrosis, hepatoseluler dan syok.

F.      TERAPI
Kunci mengatasi hipertermia adalah pendinginan. Suhu tubuh inti di turunkan mencapai 39o c dalam jam pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling menentukan hasil akhir. Suhu tubuh kita dalam keadaan dimana dipertahankan normal di kisaran 37°c oleh pusat pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Suhu tubuh kita memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu keadaan dimana terdapat peningkatan suhu tubuh yang disebabkan kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak. Suatu nilai suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2°c pada pengukuran di pagi hari atau melebihi 37,7°c pada pengukuran di sore hari dengan menggunakan termometer oral. Termometer aksilla akan memberikan hasil nilai pengukuran suhu yang lebih rendah sekitar 0,5°c jika dibandingkan dengan termometer oral.
Banyak kasus, demam memang disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi dan peradangan sehingga gejala demam seringkali di identikkan dengan adanya infeksi dalam tubuh. Ada banyak proses lainnya selain infeksi yang dapat menimbulkan gejala demam, antara lain alergi, penyakit autoimun, kelainan darah dan keganasan. Dan proses tersebut akan memicu pelepasan pirogen, yaitu mediator penyebab demam ke dalam peredaran darah yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat tertentu yang bernama prostaglandin sehingga akan menaikkan set point dipusat pengaturan suhu di otak. Dan pelepasan prostaglandin merupakan dalang dari timbulnya berbagai gejala yang sering menyertai demam yaitu badan meriang, pegal linu, dan sakit kepala.

Selain itu terdapat pula kondisi demam lainnya namun yang tidak disebabkan oleh kenaikan set point dipusat pengaturan suhu di otak, yaitu dikenal sebagai hipertermia. Pada hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang disebabkan oleh peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan mekanisme pelepasan panas.
Terapi hipertermia (termo terapi) adalah pengobatan kanker dengan cara memanaskan jaringan tubuh sampai mencapai 44°c bahkan sampai 45°c. Dengan merusak protein maupun struktur sel. Hipertermia dapat membunuh sel kanker dan memperkecil ukuran tumor. Dan biasanya termo terapi digunakan bersamaan dengan terapi lainnya, misalnya radioterapi, kemoterapi, atau imunoterapi.

G.    PENGGOLONGAN HIPERTERMIA
1.        Heat creamps
Spasme dari otot-otot volunter akibat dari kekurangan elektrolit. Pasien dengan heat creamps biasanya mengganti air yang hilang dengan minum.
·      Pengobatannya
a.       Letakkan pasien pada tempat yang sejuk.
b.      Berikan cairan pengganti NaCl per oral dengan minuman yang mengandung kadar garam tinggi.
2.        Heat exhaustion
Kehilangan garam dan air, dengan salah satu kehilangannya dominan (kelelahan akibat peningkatan suhu).
·      Pengobatannya
a.    Dinginkan pasien sesuai dengan keperluan, dengan cara pemajanan, pemberian kipas angin, dan metode lainnya.
3.      Heat stroke
Hipertermia yang hebat (diatas 41°c) dengan kehilangan kemampuan regulasi panas.
·      Pengobatannya
a.    Lepaskan pakaian atau menggunakan pakaian tipis.
b.    Turunkan suhu inti (internal) sampai dengan 39°c.
c.    Gunakan selimut pendingin.
d.   Massase pasien dengan pelan untuk meningkatkan sirkulasi.
e.    Pasangkan oksigen dan pasang infuse bila ada.
f.     Posisikan kipas angin menghadap pasien, sehingga menghembus pada pasien.
g.    Meminum air putih yang cukup.

H.    CARA PENANGANAN PASIEN HIPERTERMIA
·           Mengukur tanda-tanda vital: suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah.
·           Memakai pakaian tipis.
·           Memakai selimut tipis.
·           Ventilasi (AC/jendela) harus selalau nyala atau terbuka.
·           Kompres (air hangat)
Pusat pengatur suhu menerima informasi bahwa suhu tubuh sedang berada dalam kondisi hangat, maka suhu tubuh butuh untuk segera diturunkan. Dan juga untuk mengurangi rasa dingin, dan membuat tubuh terasa lebih nyaman. Di kompres pada ketiak atau pada lipatan paha. Kompres pada daerah kepala tidak efektif karena terhalang tulang tengkorak.
·           Minum air putih (usahakan setiap satu jam, satu gelas).
·           Kolaborasi (diiringi dengan mengkonsumsi obat).
·           Berada pada tempat yang sejuk.



ASUHAN KEBIDANAN
PADA PASIEN Nn. “W” DENGAN DIAGNOSA HIPERTERMIA
(GANGGUAN TERMOREGULASI)
DI PAVILIUN MAWAR RSUD JOMBANG

No. Register                : 17.73.87
Ruangan                      : Pav. Mawar
Tgl MRS                     : 20 Mei 2013
Jam MRS                    : 21.15 WIB
Tgl Pengkajian            : 22 Mei 2013
Jam Pengkajian           : 19.45 WIB

A.      DATA SUBYEKTIF
1.      Identitas pasien
Nama              : Nn. “W”
Umur              : 19 tahun
Tanggal Lahir : 30 Juli 1991
Alamat           : Temu wulan - Perak - Jombang
Agama            : Islam
Suku/bangsa   : Jawa/Indonesia
Pendidikan     : Mahasiswa

2.      Identitas penanggung jawab
Nama              : Ny. “K”
Umur              : 25 tahun
Agama            : Islam
Alamat           : Temu wulan – Perak - Jombang
Pekerjaan        : Ibu rumah tangga

3.      Riwayat kesehatan pasien
a.       Keluhan utama
Pasien mengatakan badannya terasa panas, pusing, dan lemah.


b.      Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan, bahwa pasien merasakan badannya panas sejak 15 Mei 2013.
c.       Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sebelumnya belum pernah masuk rumah sakit.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan bahwa dari pihak keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC, HIV, AIDS) maupun penyakit menurun (Diabetes Miletius dan hipertensi) serta tidak ada yang mempunyai penyakit menahun (TBC dan jantung).
e.       Riwayat sosial budaya
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien selama ini tidak pernah mendapatkan pengobatan alternative atau yang lain-lainnya (jamu, pijat).
f.       Riwayat psikologis
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien cemas dengan penyakitnya saat ini.
g.      Riwayat sosial
Hubungan pasien dengan keluarga baik, hubungan pasien dengan masyarakat lain juga baik.
h.      Riwayat spiritual
Pasien tidak pernah sholat selama sakit, tetapi selalu berdo’a untuk kesembuhannya.

4.      Pola kebiasaan sehari-hari
a.       Pola nutrisi
·         Sebelum MRS
§  Makan      : 3x sehari
§  Menu        : Nasi, sayur, lauk
§  Minum      : 7-8 gelas air putih
·         Saat MRS
Pasien hanya memakan bubur dan meminum susu yang diberikan oleh rumah sakit dengan porsi sedang dan pasien hanya menghabiskan setengah dari porsi (tidak habis).
b.      Pola eliminasi
·         Sebelum MRS
§  BAB         : 1x sehari
§  BAK        : 3-4x sehari
·         Saat MRS
Pasien BAK di kamar mandi 3x sehari, dan belum BAB.
c.       Pola istirahat
·         Sebelum MRS
§  Tidur siang ± 2 jam (13.00 – 15.00)
§  Tidur malam ± 7 jam (21.00 – 04.00)
·         Saat MRS
§  Tidur siang ± 4 – 5 jam
§  Tidur malam ± 8 jam, dan sering terbangun
d.      Pola personal hygiene
·         Sebelum MRS
§  Mandi                   : 2x sehari
§  Keramas               : 2x seminggu
§  Sikat gigi              : 2x sehari
§  Memotong kuku   : 1x seminggu
§  Ganti pakaian       : 2x sehari
·         Saat MRS
§  Mandi       : Di seka
§  Keramas   : Tidak pernah keramas
§  Sikat gigi  : Tidak pernah sikat gigi

B.     DATA OBYEKTIF
a.       Keadaan umum
·         Pasien lemah
·         Kesadaran             : Komposmetis
·         TTV                      :
-                     TD          : 100/80 mmHg
-                     Nadi       : 96x/menit
-                     Suhu       : 39°c
-                     RR          : 20x/menit

b.      Pemeriksaan fisik
1.      Kepala
Inspeksi     : simetris, kulit kepala bersih, warna rambut hitam
Palpasi       : tidak ada oedem, tidak ada nyeri tekan
2.      Wajah
Inspeksi     : wajah simetris, tidak ada bekas luka
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan
3.      Mata
Inspeksi    : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, reflek cahaya positif
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan
4.      Telinga
Inspeksi     : simetris, hygiene telinga baik
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan
5.      Hidung
Inspeksi     : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan
6.      Mulut
Inspeksi     : simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis
Palpasi       : tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
7.      Leher
Inspeksi    : tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada pembengkakan tyroid dan pembengkakan limfe
Palpasi      : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan tyroid dan limfe
8.      Dada
Inspeksi       : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi         : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi  : bunyi nafas bersih, tidak ada suara tambahan (ronchi: tidak ada, wezing: tidak ada), suara jantung normal (lup dup)
9.      Abdomen
Inspeksi     : tidak ada pembesaran, simetris
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan
-          KW I         : tidak ada nyeri tekan pada hepar
-          KW II       : tidak ada nyeri tekan/pembengkakan pada gastro
-          KW III      : tidak ada nyeri tekan pada usus besar
-          KW IV      : tidak ada nyeri tekan pada apendik
Perkusi                  : tidak ada kembung
Auskultasi            : bising usus normal
10.  Ekstremitas atas bawah
Inspeksi  : simetris, tidak ada kelainan, terpasang infus di tangan sebelah kiri
Palpasi    : tidak da nyeri tekan
11.  Integument
Inspeksi     : turgor normal, warna kemerahan, lembab, tidak ada luka

C.     DATA PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 22 Mei 2013
·         Hematologi
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Hemoglobin
11,3
11,4 – 17,7 g/dl
Lekosit
7.200
4.700 – 10.300/cmm
Hematokrit
34,4
37 – 48%
Eritrosit
3.870.000
L: 4,5 – 5,5 ; P: 4 – 5jt/ul
Trombosit
112.000
150.000 – 350.000/cmm

D.    TERAPI
·         Infus RL
·         Injeksi caprol 2x40
·         Injeksi cefriaxone
·         Injeksi cefrotaxine
·         Injeksi ranitidine 25 mg/ml
·         Aquabides
·         Paracetamol tablet
·         Dexametasone 3x1
KESIMPULAN

            Pada Nn. “W” yang menderita hipertermia (gangguan termoregulasi) merasakan badan panas, lemah, dan pusing sebelum di bawa dan ditangani serta di rawat di pav. Maswar RSUD Jombang.
            Setelah mendapat penanganan yang berkesinambungan pada pasien Nn.“W” di harapakan keadaan umumnya dan gangguan termoregulasinya dapat di selesaikan dan pasie bisa pulih se[erti sedia kala danegan cara penanganan yang maksimal dan berkesinambungan di pav. Mawar RSUD Jombang.




DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry, 2005, fundamental keperawatan, Jakarta: EGC
Hidayatul, Aziz Alimul, dkk, 2009, Buku Saku Praktikum KDM, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
adnalestarg.blogspot.com/2011/12/termoregulasi.html
klinik4u.wordpress.com/2011/11/25/hipertermia

0 komentar:

Posting Komentar