ASUHAN
KEBIDANAN
PADA
PASIEN Nn. “W” DENGAN DIAGNOSA HIPERTERMIA
(
GANGGUAN TERMOREGULASI )
DI
PAVILIUN MAWAR RSUD JOMBANG
OLEH
AINUN
NAZHIROH
7212001
PRODI
DIII KEBIDANAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PESANTREN TINGGI DARUL’ULUM
JOMBANG
2013
BAB
I
TANDA-TANDA
VITAL
A.
DEFINISI
Termoregulasi
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan suhu dalam batas-batas sehat
tertentu, bahkan ketika suhu eksternal sangat berbeda.
Definisi
lain termoregulasi adalah termo: panas, regulasi: pengaturan. Termoregulasi
adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi
panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara
konstan.
B.
TUJUAN
Tujuan dari
termoregulasi yaitu untuk mengetahui rentang suhu tubuh pada manusia.
C.
TEMPAT PENGUKURAN SUHU
1. Inti:
Suhu jaringan dalam relative konstan
·
Rectum
·
Membrane timpatik
·
Esophagus
·
Arteri pulmoner
·
Kandung kemih
2. Permukaan
·
Kulit
·
Aksila
·
Oral
Pengukuran
suhu tubuh ditujukan untuk memperoleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata
representatif. Suhu normal rata-rata bervariasi tergantung lokasi pengukuran.
Arteri paru menunjukkan nilai yang paling representatif karena darah bercampur
dari semua bagian tubuh. Pengukuran suhu pada arteri paru merupakan standar di
bandingkan dengan semua tempat yang dikatakan akurat.
D.
REGULASI
Keseimbangan suhu tubuh
di regulasi oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap
konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan
pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan neurologis dan kardiovaskular.
Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan
regulasi suhu.
1.
Kontrol neural dan vascular
Hipotalamus berfungsi
sebagai pengontrol suhu dalam tubuh. Hipotalamus merasakan perubahan ringan
pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan
hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas
melebihi set point, impuls akan dikirim untuk menurukan suhu tubuh. Mekanisme
pengeluaran panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh
darah, dan hambatan produksi panas. Dan jika hipotalamus posterior merasakan
suhu tubuh lebih rendah dari set point, mekanisme konservasi panas bekerja.
Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran darah ke kulit
dan ekstremitas. Bila vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan
pengeluaran panas, tubuh mulai menggigil. Lesi atau trauma pada hipotalamus
atau korda spinalis, yang membawa pesan hipotalamus, dapat menyebabkan
perubahan yang serius pada kontrol suhu.
2.
Produksi panas
Termoregulasi
membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas. Panas tambahan akan
diproduksi bila metabolisme meningkat. Ketika metabolisme menurun, panas yang
diproduksi lebih sedikit. Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot
polos, getaran otot dan termogenesis tanpa menggigil. Menggigil merupakan
respon tubuh involunter terhadap suhu yang berbeda dalam tubuh. Gerakan otot
skelet selama menggigil dapat meningkatkan produksi panas 4 sampai 5 kali lebih
besar dari normal. Panas di produksi untuk mempertahankan.
3.
Pengeluaran panas
Struktur kulit dan
paparan terhadap lingkungan secara konstan, pengeluran panas secara normal
melalui radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
a. Radiasi
adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain
tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik.
Biasanya panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingin di sekelilingnya.
Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek meningkat.
b. Konduksi
adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung.
Konduksi normalnya menyebabkan sedikit kehilangan panas. Tubuh menambah panas
dengan konduksi ketika kontak dilakukan dengan material yang lebih hangat dari
suhu kulit.
c. Konveksi
adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Pada saat kecepatan arus udara
meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat. Kehilangan panas konvektif
meningkat ketika kulit lembab dengan udara yang bergerak ringan.
d. Evaporasi
adalah perpindahan panas ketika cairan berubah menjadi gas. Tubuh secara
continue kehilangan panas melalui evaporasi, kira-kira 600 sampai 900 ml sehari
menguap dari kulit dan paru-paru, yang menyebabkan kulit gatal dan bersisik,
serta hidung dan faring kering.
4.
Kulit pada regulasi suhu
Kulit, jaringan
subkutan, dan lemak menyimpan panas di dalam tubuh. Kulit itu sendiri adalah
insulator paling baik. Pada tubuh manusia, organ internal menghasilkan panas
dan selama latihan atau peningkatan stimulasi simpatis, jumlah panas yang
dihasilkan lebih tinggi dari suhu inti normal. Panas berpindah dari darah
melalui dinding pembuluh ke permukaan kulit dan hilang ke lingkungan melalui
mekanisme kehilangan panas. Suhu inti tetap dalam batas aman. Fungsi kulit
utama untuk mendeteksi suhu permukaan dingin. Karena reseptor dingin lebih
banyak. Bila kulit kedinginan sensornya mengirim informasi ke hipotalamus, yang
menimbulkan menggigil untuk meningkatkan produksi panas tubuh dan menghambat berkeringat.
5.
Kontrol perilaku
Kemampuan individu
untuk mengontrol suhu tubuh bergantung pada:
·
Derajat ekstrem suhu
·
Kemampuan individu untuk merasakan
kenyamanan dan ketidaknyamanan
·
Proses pikir atau emosi
·
Mobilitas atau kemampuan individu untuk
melepaskan atau menambahkan pakaian
Kemampuan suhu tubuh
sulit bila salah satu dari kemampuan ini tidak ada atau hilang. Ketika suhu
menjadi sangat panas atau dingin, perilaku peningkatan kesehatan mempunyai
keterbatasan efek pada pengendalian suhu.
E.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH
Ø Usia
Perbedaan suhu secara individu
tergantung usia, antara 0,25°c sampai 0,55°c adalah normal (Whalley and wong,
1955). Rentang suhu normal turun secara berangsur-angsur sampai seseorang
mendekati masa lansia.
Ø Olah
Raga
Segala jenis olah raga dapat
meningkatkan suhu tubuh. Olah raga yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat
meningkatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41°c.
Ø Kadar
Hormon
Secara umum wanita mengalami fluktuasi
suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus
menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Perubahan suhu juga terjadi pada
wanita selama menopause (penghentian menstruasi).
Ø Irama
Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5°c
sampai 1°c selama periode 24 jam. Suhu merupakan irama paling stabil pada
manusia. Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini
hari. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian
menunjukkan puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia (Lenz, 1984)
Ø Stress
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu
tubuh melalui stimulasi hormonal dan persyarafan. Perubahan fisiologi tersebut
dapat meningkatkan panas.
Ø Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Bayi
dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu
tubuh mereka kurang efisien.
F.
PERUBAHAN SUHU
Perubahan ini dapat
berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan.pengeluaran panas yang
berlebihan, produksi panas minimal.
1.
Demam
Hiperpireksia atau demam terjadi karena
mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk memepertahankan kecepatan
pengeluaran kelebihan produksi panas, yang
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak
berbahaya jika berada pada suhu 39°c. Demam sebenarnya merupakan mekanisme
pertahanan yang penting, peningkatan ringan suhu sampai 39°c meningkatkan sistem
imun tubuh. Demam juga berfungsi sebagai tujuan diagnostik.
Ø Pola
demam
·
Terus menerus : Tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 1°
sampai 2°c
·
Intermiten : Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu
kembali normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.
·
Remiten :
Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
·
Relaps :
Periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode demam dan
normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
Ø
Stadium demam
·
Stage of chill
Fase rasa dingin
disertai menggigil
-
Heat loss menurun
-
Heat production meningkat
·
Stage of fastigium
-
Highest point dimana tingkat krisis dari
penyakit
-
Heat loss meningkat
-
Heat production menurun
2.
Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas
terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah yang
umum selama kelelahan akibat panas.
3.
Hipertermia
Hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. Sedangkan
hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi
panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik
tertentu.
4.
Heat stroke
Pajanan yang lama
terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi yang mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas, kondisi ini disebut heat stroke tidak berkerigat
karena kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heat
stroke dengan suhu lebih besar dari 40,5°c mengakibatkan kerusakan jaringan
pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh
kadang-kadang setinggi 45°c, takikardi dan hipotensi.
5.
Hipotermia
Pengeluaran panas
akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia.
Klasifikasi hipotermia:
·
Ringan :
33°c - 36°c
·
Sedang :
30° - 33°c
·
Berat :
27° - 30°c
·
Sangat berat : < 30° c
Radang beku (frostbite) terjadi bila
tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Daerah yang rentan terhadap radang dingin adalah lobus
telinga, ujung hidung, jari, dan jari kaki. Daerah yang cidera berwarna putih
berlilin, dan keras jika disentuh.
Tabel perbedaan derajat
suhu normal dari berbagai kelompok usia (Tamsuri Anas, 2007)
No
|
USIA
|
SUHU (oC)
|
1.
|
3 bulan
|
37,5
|
2.
|
6 bulan
|
37,5
|
3.
|
1 tahun
|
37,7
|
4.
|
3 tahun
|
37,2
|
5.
|
5 tahun
|
37,0
|
6.
|
7 tahun
|
36,8
|
7.
|
9 tahun
|
36,7
|
8.
|
11 tahun
|
36,7
|
9.
|
13 tahun
|
36,6
|
10.
|
Dewasa
|
36,4
|
11.
|
> 70 tahun
|
36,0
|
Menurut Tamsuri Anas
(2007), suhu tubuh di bagi menjadi :
1.
Hipotermi : Bila suhu tubuh
< 36oC
2.
Normal : Bila suhu tubuh 36oC-37,5oC
3.
Febris/Pireksia : Bila suhu tubuh 37,5oC-40oC
4.
Hipertermi : Bila
suhu tubuh > 40oC
G. MEKANISME
TUBUH KETIKA SUHU TUBUH MENURUN
1. Vasokontriksi
kulit diseluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat
simpatis hipotalamus posterior.
2. Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili
yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada
manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan
berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
3. Peningkatan
pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat
melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis,
serta peningkatan sekresi tiroksin.
H.
MEKANISME TUBUH KETIKA SUHU TUBUH
MENINGKAT
1. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan
pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat
simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga
terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan
pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
2. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai
efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37oC.
Pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui
evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1oC akan menyebabkan
pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang
dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar.
3. Penurunan
pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti
termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
I.
SISTEM PENGATURAN SUHU TUBUH
Tubuh manusia merupakan
organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada
suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan
tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam
keadaan konstan.
Adapun suhu tubuh
dihasilkan dari:
1. Laju
metabolisme basal (Basal Metabolisme Rate, BMR) di semua sel tubuh.
2. Laju
cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot
akibat menggigil).
3. Metabolisme
tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain,
misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosterone).
4. Metabolisme
tambahan akibat pengaruh epineprin, norepineprin, dan rangsangan simpatis pada
sel.
5. Metabolisme
tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama
bila temperatur menurun.
Suhu
yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, thoraks, rongga abdomen,
dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37oC).
Sedangkan suhu permukaan (serface temperature) terdapat pada kulit,
jaringan subkutan, dan lemak. Biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20oC
sampai 40oC.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
GANGGUAN
TERMOREGULASI
(HIPERTERMIA)
A.
DEFINISI
Hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh diatas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme
pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengaruhi oleh
panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).
B.
PATOFISIOLOGI
Sengatan panas
didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan suhu tubuh normal dalam
mengatasi lingkungan yang panas. Orang tua biasanya mengalami sengatan panas
yang tidak terkait aktifitas karena gangguan kehilangan panas dan kegagalan
mekanisme homestatik. Seperti pada hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap
panas berhubungan dengan penyakit dan perubahan fisiologis.
C.
FUNGSI KELENJAR KERINGAT
Gangguan sistem
termoregulasi dengan berkurang atau tidaknya keringat merupakan penyebab
terpenting sengatan panas pada lingkungan panas. Respon berkeringat terhadap
stimulus panas dan neurokimia berkurang pada usia lanjut dibanding pada usia
dewasa muda. Pada kondisi stress panas, manusia mengaktifkan kelenjar ekrin (di
bawah kontrol kolinergik simpatis) dan kemampuan kelenjar itu mengeluarkan
keringat untuk mengatur suhu tubuh.
D.
ALIRAN DARAH KULIT
Respon aliran darah
kulit terhadap pemanasan lokal langsung pada kulit berkurang pada usia lanjut.
Berkurangnya perfusi kulit pada usia lanjut berkaitan dengang berkurangnya unit
fungsional pleksus kapiler. Pada usia tua, terjadi transformasi kulit, dimana
kulit menjadi lebih datar akibat berkurangnya pembuluh darah mikrosirkuler di
papilaris kulit dan pleksus vascular supervisial.
E.
KLINIS
Sengatan panas memiliki
ciri khas dimana suhu tubuh ini lebih dari 40,6o c disertai
disfungsi sistem saraf pusat yang berat (psikosis, delirium, koma) dan
anhidrosis (kulit yang panas dan kering).
Manifestasi dini
disebut kelelahan panas (heat 12 exhaustion), tidak khas dan terdiri dari rasa
pusing, kelemahan, sensasi panas, anoreksia, mual, muntah sakit kepala dan
sesak nafas mencakup gagal jantung kongestif dan aritmia jantung, edema
serebral dan kejang serta defisit neurologis difus dan fokal, nekrosis,
hepatoseluler dan syok.
F.
TERAPI
Kunci mengatasi hipertermia
adalah pendinginan. Suhu tubuh inti di turunkan mencapai 39o c dalam
jam pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling menentukan hasil akhir.
Suhu tubuh kita dalam keadaan dimana dipertahankan normal di kisaran 37°c oleh
pusat pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Suhu tubuh kita memiliki
fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan
pagi harinya.
Demam merupakan suatu
keadaan dimana terdapat peningkatan suhu tubuh yang disebabkan kenaikan set
point di pusat pengatur suhu di otak. Suatu nilai suhu tubuh dikatakan demam
jika melebihi 37,2°c pada pengukuran di pagi hari atau melebihi 37,7°c pada
pengukuran di sore hari dengan menggunakan termometer oral. Termometer aksilla
akan memberikan hasil nilai pengukuran suhu yang lebih rendah sekitar 0,5°c
jika dibandingkan dengan termometer oral.
Banyak kasus, demam
memang disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi dan peradangan sehingga gejala
demam seringkali di identikkan dengan adanya infeksi dalam tubuh. Ada banyak
proses lainnya selain infeksi yang dapat menimbulkan gejala demam, antara lain
alergi, penyakit autoimun, kelainan darah dan keganasan. Dan proses tersebut
akan memicu pelepasan pirogen, yaitu mediator penyebab demam ke dalam peredaran
darah yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat tertentu yang bernama
prostaglandin sehingga akan menaikkan set point dipusat pengaturan suhu di
otak. Dan pelepasan prostaglandin merupakan dalang dari timbulnya berbagai
gejala yang sering menyertai demam yaitu badan meriang, pegal linu, dan sakit
kepala.
Selain itu terdapat
pula kondisi demam lainnya namun yang tidak disebabkan oleh kenaikan set point
dipusat pengaturan suhu di otak, yaitu dikenal sebagai hipertermia. Pada
hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang disebabkan oleh
peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi kegagalan
mekanisme pelepasan panas.
Terapi hipertermia
(termo terapi) adalah pengobatan kanker dengan cara memanaskan jaringan tubuh
sampai mencapai 44°c bahkan sampai 45°c. Dengan merusak protein maupun struktur
sel. Hipertermia dapat membunuh sel kanker dan memperkecil ukuran tumor. Dan
biasanya termo terapi digunakan bersamaan dengan terapi lainnya, misalnya
radioterapi, kemoterapi, atau imunoterapi.
G.
PENGGOLONGAN HIPERTERMIA
1.
Heat creamps
Spasme dari otot-otot volunter
akibat dari kekurangan elektrolit. Pasien dengan heat creamps biasanya
mengganti air yang hilang dengan minum.
· Pengobatannya
a. Letakkan
pasien pada tempat yang sejuk.
b. Berikan
cairan pengganti NaCl per oral dengan minuman yang mengandung kadar garam
tinggi.
2.
Heat exhaustion
Kehilangan garam dan
air, dengan salah satu kehilangannya dominan (kelelahan akibat peningkatan
suhu).
· Pengobatannya
a. Dinginkan
pasien sesuai dengan keperluan, dengan cara pemajanan, pemberian kipas angin,
dan metode lainnya.
3. Heat
stroke
Hipertermia yang hebat
(diatas 41°c) dengan kehilangan kemampuan regulasi panas.
· Pengobatannya
a. Lepaskan
pakaian atau menggunakan pakaian tipis.
b. Turunkan
suhu inti (internal) sampai dengan 39°c.
c. Gunakan
selimut pendingin.
d. Massase
pasien dengan pelan untuk meningkatkan sirkulasi.
e. Pasangkan
oksigen dan pasang infuse bila ada.
f. Posisikan
kipas angin menghadap pasien, sehingga menghembus pada pasien.
g. Meminum
air putih yang cukup.
H.
CARA PENANGANAN PASIEN HIPERTERMIA
·
Mengukur tanda-tanda vital: suhu, nadi,
pernafasan, tekanan darah.
·
Memakai pakaian tipis.
·
Memakai selimut tipis.
·
Ventilasi (AC/jendela) harus selalau
nyala atau terbuka.
·
Kompres (air hangat)
Pusat pengatur suhu menerima informasi
bahwa suhu tubuh sedang berada dalam kondisi hangat, maka suhu tubuh butuh
untuk segera diturunkan. Dan juga untuk mengurangi rasa dingin, dan membuat
tubuh terasa lebih nyaman. Di kompres pada ketiak atau pada lipatan paha.
Kompres pada daerah kepala tidak efektif karena terhalang tulang tengkorak.
·
Minum air putih (usahakan setiap satu
jam, satu gelas).
·
Kolaborasi (diiringi dengan mengkonsumsi
obat).
·
Berada pada tempat yang sejuk.
ASUHAN KEBIDANAN
PADA PASIEN Nn. “W”
DENGAN DIAGNOSA HIPERTERMIA
(GANGGUAN
TERMOREGULASI)
DI PAVILIUN MAWAR RSUD
JOMBANG
No. Register : 17.73.87
Ruangan : Pav. Mawar
Tgl MRS : 20 Mei 2013
Jam MRS : 21.15 WIB
Tgl Pengkajian : 22 Mei 2013
Jam Pengkajian : 19.45 WIB
A. DATA
SUBYEKTIF
1. Identitas
pasien
Nama :
Nn. “W”
Umur :
19 tahun
Tanggal Lahir :
30 Juli 1991
Alamat :
Temu wulan - Perak - Jombang
Agama :
Islam
Suku/bangsa :
Jawa/Indonesia
Pendidikan :
Mahasiswa
2. Identitas
penanggung jawab
Nama :
Ny. “K”
Umur :
25 tahun
Agama :
Islam
Alamat :
Temu wulan – Perak - Jombang
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
3. Riwayat
kesehatan pasien
a. Keluhan
utama
Pasien mengatakan badannya terasa panas, pusing, dan
lemah.
b. Riwayat
kesehatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan, bahwa pasien merasakan
badannya panas sejak 15 Mei 2013.
c. Riwayat
kesehatan masa lalu
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sebelumnya
belum pernah masuk rumah sakit.
d. Riwayat
kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan bahwa dari pihak keluarga tidak
ada yang menderita penyakit menular (TBC, HIV, AIDS) maupun penyakit menurun
(Diabetes Miletius dan hipertensi) serta tidak ada yang mempunyai penyakit
menahun (TBC dan jantung).
e. Riwayat
sosial budaya
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien selama ini
tidak pernah mendapatkan pengobatan alternative atau yang lain-lainnya (jamu,
pijat).
f. Riwayat
psikologis
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien cemas dengan
penyakitnya saat ini.
g. Riwayat
sosial
Hubungan pasien dengan keluarga baik, hubungan
pasien dengan masyarakat lain juga baik.
h. Riwayat
spiritual
Pasien tidak pernah sholat selama sakit, tetapi
selalu berdo’a untuk kesembuhannya.
4. Pola
kebiasaan sehari-hari
a. Pola
nutrisi
·
Sebelum MRS
§ Makan : 3x sehari
§ Menu : Nasi, sayur, lauk
§ Minum : 7-8 gelas air putih
·
Saat MRS
Pasien hanya memakan bubur dan meminum susu yang
diberikan oleh rumah sakit dengan porsi sedang dan pasien hanya menghabiskan
setengah dari porsi (tidak habis).
b. Pola
eliminasi
·
Sebelum MRS
§ BAB : 1x sehari
§ BAK : 3-4x sehari
·
Saat MRS
Pasien BAK di kamar mandi 3x sehari, dan belum BAB.
c. Pola
istirahat
·
Sebelum MRS
§ Tidur
siang ± 2 jam (13.00 – 15.00)
§ Tidur
malam ± 7 jam (21.00 – 04.00)
·
Saat MRS
§ Tidur
siang ± 4 – 5 jam
§ Tidur
malam ± 8 jam, dan sering terbangun
d. Pola
personal hygiene
·
Sebelum MRS
§ Mandi
: 2x sehari
§ Keramas : 2x seminggu
§ Sikat
gigi : 2x sehari
§ Memotong
kuku : 1x seminggu
§ Ganti
pakaian : 2x sehari
·
Saat MRS
§ Mandi : Di seka
§ Keramas : Tidak pernah keramas
§ Sikat
gigi : Tidak pernah sikat gigi
B.
DATA OBYEKTIF
a. Keadaan
umum
·
Pasien lemah
·
Kesadaran : Komposmetis
·
TTV :
-
TD :
100/80 mmHg
-
Nadi :
96x/menit
-
Suhu :
39°c
-
RR :
20x/menit
b. Pemeriksaan
fisik
1. Kepala
Inspeksi :
simetris, kulit kepala bersih, warna rambut hitam
Palpasi :
tidak ada oedem, tidak ada nyeri tekan
2. Wajah
Inspeksi :
wajah simetris, tidak ada bekas luka
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi : simetris, konjungtiva merah muda, sclera
putih, reflek cahaya positif
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
4. Telinga
Inspeksi :
simetris, hygiene telinga baik
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
5. Hidung
Inspeksi :
simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
6. Mulut
Inspeksi :
simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis
Palpasi :
tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
7. Leher
Inspeksi : tidak
ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada pembengkakan tyroid dan pembengkakan
limfe
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan tyroid dan limfe
8. Dada
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : bunyi nafas bersih, tidak ada suara
tambahan (ronchi: tidak ada, wezing: tidak ada), suara jantung normal (lup dup)
9. Abdomen
Inspeksi :
tidak ada pembesaran, simetris
Palpasi :
tidak ada nyeri tekan
-
KW I :
tidak ada nyeri tekan pada hepar
-
KW II :
tidak ada nyeri tekan/pembengkakan pada gastro
-
KW III :
tidak ada nyeri tekan pada usus besar
-
KW IV :
tidak ada nyeri tekan pada apendik
Perkusi : tidak ada kembung
Auskultasi : bising usus normal
10. Ekstremitas
atas bawah
Inspeksi : simetris, tidak ada kelainan, terpasang
infus di tangan sebelah kiri
Palpasi : tidak da nyeri tekan
11. Integument
Inspeksi :
turgor normal, warna kemerahan, lembab, tidak ada luka
C.
DATA PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium
pada tanggal 22 Mei 2013
·
Hematologi
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai normal
|
Hemoglobin
|
11,3
|
11,4 – 17,7 g/dl
|
Lekosit
|
7.200
|
4.700 – 10.300/cmm
|
Hematokrit
|
34,4
|
37 – 48%
|
Eritrosit
|
3.870.000
|
L: 4,5 – 5,5 ; P: 4 –
5jt/ul
|
Trombosit
|
112.000
|
150.000 – 350.000/cmm
|
D.
TERAPI
·
Infus RL
·
Injeksi caprol 2x40
·
Injeksi cefriaxone
·
Injeksi cefrotaxine
·
Injeksi ranitidine 25 mg/ml
·
Aquabides
·
Paracetamol tablet
·
Dexametasone 3x1
KESIMPULAN
Pada Nn. “W” yang menderita hipertermia (gangguan
termoregulasi) merasakan badan panas, lemah, dan pusing sebelum di bawa dan
ditangani serta di rawat di pav. Maswar RSUD Jombang.
Setelah mendapat penanganan yang berkesinambungan pada
pasien Nn.“W” di harapakan keadaan umumnya dan gangguan termoregulasinya dapat
di selesaikan dan pasie bisa pulih se[erti sedia kala danegan cara penanganan
yang maksimal dan berkesinambungan di pav. Mawar RSUD Jombang.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry, 2005,
fundamental keperawatan, Jakarta: EGC
Hidayatul, Aziz Alimul,
dkk, 2009, Buku Saku Praktikum KDM, Jakarta: Buku Kedokteran EGC
adnalestarg.blogspot.com/2011/12/termoregulasi.html
klinik4u.wordpress.com/2011/11/25/hipertermia
0 komentar:
Posting Komentar